Thank You For Visiting

Rabu, 24 Mei 2017

TM4 LAB

LAPORAN SOUND LEVEL METER

I.                   Judul        :  Sound Level Meter
II.                Tujuan     : 1. Mengukur intensitas bunyi yang dihasilkan pada sebuah kebisingan
  2. Mengukur intensitas bunyi pada suatu kawasan

III.             Dasar Teori
3.1  . Gelombang
Gelombang adalah getaran yang merambat. Jadi di setiap titik yang dilalui gelombang terjadi getaran, dan getaran tersebut berubah fasenya sehingga tampak sebagai getaran yang merambat. Terkaitdengan arah getar dan arah rambatnya, gelombang dibagi menjadi dua kelompok, gelombang transversal dan gelombang longitudinal. Gelombang transversal arah rambatnya tegak lurus dengan arah getarannya, sedangkan gelombang longitudinal arah rambatnya searah dengan arah getarannya.

            3.2. Jenis gelombang
                        Ada dua jenis gelombang apabila dibedakan berdasarkan arah getarnya yaitu:
a.       Gelombang transversal
Gelombang transversal adalah gelombang yang arah rambat dan arah getarnya tegak lurus. 
                                                                                                            
b.      Gelombang Longitudinal
Gelombang longitudinal adalah gelombang yang arah rambat dan arah getarnya sejajar. 

3.3 Gelombang  bunyi
            Bunyi adalah gelombang mekanik yang merambat dalam medium. Bunyi timbul karena getaran partikel-partikel penyusun medium. Getaran partikel-partikel inilah yang menyebabkan energi yang berasal dari sumber bunyi merambat dalam medium tersebut. Dengan demikian, bunyi hanya bisa merambar jika ada medium. Dalam ruang hampa bunyi tidak dapat merambat. Diudara bunyi merambat akibat getaran molekul-molekul udara. Di dalam zat padat bunyi merambat akibat getaran atom-atom atau partikel-partikel penyusun zat padat. Di dalam zat cair  bunyi merambat akibat getaran atom-atom atau partikel-partikel penyusun zat cair.

           Laju rambat bunyi berbeda dalam material yang berbeda. Dalam zat padat laju rambat bunyi lebih besar daripada dalam zat cair. Dalam zat cair cepat rambat bunyi lebih besar daripada dalam gas(Abdullah,2006:423-424).
            Tabel 3.1 Laju rambat bunyi di dalam beberapa molekul pada suhu 25 .
  
Material
Laju rambat bunyi (m/s)
Udara
343
Udara (0 )
331
Helium
1005
Hidrogen
1300
Air
1440
Air laut
1560
Besi dan baja
5000
Gelas
4500
Aluminium
5100
Kayu kertas
4000

Laju rambat bunyi dipengaruhi oleh suhu. Kebergantungan laju rambat bunyi dapat di dekati dengan persamaan:
Dengan T dalam ( ).

            3.4 Kebisingan
                        Menurut (Yuliando,2012),  kebisingan adalah semua suara/bunyi yang tidak dikehendaki dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja yang ada pada tingkat tertentu dapat menimbulkan ganguan pendengaran. Berdasarkan sifat dan spektrum frekuensi bunyi, dibagi atas :
1.      Bising kontinu dengan spektrum frekuensi yang luas. Bising ini relatif tetap dalam batas kurang lebih 6dBA untuk periode 0,5 detik berturut-turut, misalnya : angin, mesinm dan kipas.
2.      Bising kontinu dengan spektrum frekuensi yang sempit. Bising ini juga relatif tetap, akan tetapi ia hanya mempunyai frekuensi tertentu saja . seperti pada frekuensi 500Hz, 1000Hz dan 4000Hz, misalnya gasing serkulerdan katup gas.
3.      Bising terputus-putus (intermittent). Bising disini tidak terjadi secara terus-menerus, misalnya suara lalu lintas dan kebisingan di lapangan terbang.

Menurut (Muhammad Isran Ramli, dalam Kep-48/Meniti/1996), ambang batas kebisingan menurut dapertemen lingkungan hidup .
Tebel 3.2. Ambang Batas Kebisingan Lingkungan hidup
Pembentukan kawasan lingkungan kegiatan
Tingkat kebisingan (dBA)
A.    Pembentukan kawasan
1.      Perumahan dan pemukiman
55 dBA
2.      Perdagangan dan jasa
70 Dba
3.      Perkantoran dan perdagangan
65 dBA
4.      Ruang terbuka hijau
50 dBA
5.      Industri
70 dBA
6.      Pemerintahan dan fasilitas umum
60 dBA
7.      Khusus
Stasiun kereta api*
70 dBA
Pelabuhan laut
Cagar budaya
60 dBA
B.     Lingkungan kegiatan
1.      Rumah sakit dan sejenisnya
55 dBA
2.      Sekolah dan sejenisnya
55 dBA
3.      Tempat ibadah dan sejenisnya
55 dBA

Alat ukur kebisingan yang paling sering digunakan untuk mengukur kebisangan yaitu SLM (sound level meter). Sound level meter terdiri dari microfon, amplifier, wheigthing network dan layar (display) dalam satuan desiBell(dB). Lainnya dapat berupa manual yang ditujukkan dengan jarum dan angka seperti halnya pada jarum manual, ataupun berupa layar digital.
Cara menggunakan sound level meter ialah :
a.       Persiapan alat
1.      Pasang baterai pada tempatnya
2.      Tekan tombol power
3.      Cek garis tanda pada monitor untuk mengetahui baterai dalam keadaan baik atau tidak
4.      Kalibrasi alat dengan kalibrator, sehingga alat pada monitor sesuai dengan angka kalibrator
b.      Pengukuran
1.      Pilih selektor pada posisi :
Fast : untuk jenis kebisingan kontinu
Slow : untuk kebisingan terputus-putus
2.      Pilih weighting network atau pembobotan

IV.             Alat dan Bahan
1.      Sound level meter
2.      Stopwatch
3.      Sumber bunyi

V.                Prosedur kerja
1.      Ukurlah intensitas bunyi yang dikeluarkan oleh suatu sumber bunyi dengan jarak 30cm dari sound level meter
2.      Lakukanlah langkah a sebanyak 5kali, catat hasil pengukuran, ketidakpastian relatif serta ketidakpastian mutlak dari percobaan tersebut.
3.      Ukurlah intensitas bunyi yang dikeluarkan dari suatu sampel kawasan
4.      Lakukanlah perhitungan tingkat kebisingan oleh kawasan percobaan selama 15 menit dengan skala waktu selama 3 menit sesuai tabel yang diberikan.

VI.             Hasil dan Pembahasan

6.1  Hasil         
1.      Pengukuran intensitas bunyi pada sebuah sumber bunyi
No
Jarak sumber bunyi (cm)
Intensitas bunyi (dB)
1
30cm
79,3 dB
2
30cm
88,1 dB
3
30cm
82,4 dB
4
30cm
81,4 dB
5
30cm
85,0 dB

2.      Pengukuran intensitas bunyi pada sebuah kawasan
No
Waktu(menit)
Intensitas bunyi (dB)
1
1 menit
79,6 dB
2
2 menit
82,6 dB
3
3 menit
78,8 dB
4
4 menit
79,9 dB
5
5 menit
81,7 dB
6
6 menit
97,0 dB
7
7 menit
80,2 dB
8
8 menit
78,1 dB
9
9 menit
91,8 dB
10
10 menit
85,9 dB
11
11 menit
81,6 dB
12
12 menit
82,0 dB
13
13 menit
81,0 dB
14
14 menit
86,9 dB
15
15 menit
101,6 dB


6.2  Pembahasan
Pada percobaan praktikum tentang “ Sounds Level Meter “, disini akan dibahas tentang bagaiman mengukur intensitas bunyi yang dihasilkan pada sebuah kebisingan, serta bagaimana Intensitas bunyi pada suatu kawasan dalam waktu tertentu. Sound level meter adalah alat yang digunakan pada praktikum kali ini. Sebelum memulai praktikum kita harus mengetahui apa itu sound level meter?. Sound level meter ialah suatu alat yang digunakan untuk mengukur intensitas kebisingan, suara yang tidak dikehendaki, atau yang dapat menyebabkan rasa sakit telinga. Sound level meter biasanya digunakan dilingkungan kerja seperti idustri penerbangan dan sebagainya. Lebih tepatnya sound level meter adalah alat yang digunakan untuk mengukur intensitas bunyi. Pada praktikum kali ini kami akan menggunakan sound level meter untuk mengukur Intensitas bunyi pada suatu kawasan dan suatu sumber bunyi seperti hp. Alat-alat yang digunakan ialah sound level meter, stopwatch, penggaris serta sumber bunyi. Hal pertama yang harus kita lakukan ialah mengukur intensitas bunyi yang dikeluarkan oleh suatu sumber dengan jarak 30 cm dari sound level meter. Sumber intensitas bunyi yang kami gunakan adalah sumber dari suara hp ( telepon ). Kami melakukan percobaan sebanyak 5 kali. Untuk menggunakan sound level meter yaitu :
1.      Pertama-tama aktifkan alat ukur sound level meter yang akan digunakan untuk mengukur
2.      Pilih selector pada posisi Fast untuk jenis kebisingan Continue atau berkelanjutan atau selector pada posisi slow untuk jenis kebisingan impulsive atau yang terputus-putus
3.      Pilih selektor range intensitas  kebisingan
4.      Kemudian, tentukan area yang akan diukur
5.      Setiap area pengukuran dilakukan pengamatan 1 menit degan ± 5 kali percobaan
6.      Hasil pengukuran berupa angka yang ditunjukin pada monitor
7.      Tulis hasil pengukuran dan hitung rata-rata kebisingannya, maka akan diketahui hasil pengukuran dari kebisingan tersebut.
Setelah kita mengetahui cara penggunaan sound level meter baru dapat kita lakukan percobaan. Kami melakukan percobaan pertama pada cuaca panas, dimana praktikan dilakukan di laboratorium fisika dengan sumber bunyi dari Handphone.
Data yang kami peroleh adalah sebagai berikut :
Percobaan 1, intensitas bunyi =  79,3 dB
Percobaan 2, intensitas bunyi =  88,1 dB
Percobaan 3, intensitas bunyi =  82,4 dB
Percobaan 4, intensitas bunyi =  81,4 dB
Percobaan 5, intensitas bunyi =  85,0 dB

Jadi, rata-rata pengukuran pada percobaan ini adalah 83,24 dB.
Selanjutnya yang kita lakukan adalah mengukur intensitas bunyi yang dikelurkan oleh suatu sampel kawasan. Dan setelah itu dihitung tingkat kebisingan oleh kawasan percobaan selama 15 menit dengan jeda 1 menit sesuai tabel yang diberikan.
Sampel kawasan yang kami ukur yaitu di kantin fakultas Sains dan Teknologi. Disana kami mengukur intensitas bunyi, saat cuaca panas pukul 14.30 wib. Data yang kami peroleh ialah :
Percobaan 1, intensitas bunyi =   79,6 dB
Percobaan 2, intensitas bunyi =   82,6 dB
Percobaan 3, intensitas bunyi =   78,8 dB
Percobaan 4, intensitas bunyi =   79,9 dB
Percobaan 5, intensitas bunyi =   81,7 dB
Percobaan 6, intensitas bunyi =   97,0 dB
Percobaan 7, intensitas bunyi =   80,2 dB
Percobaan 8, intensitas bunyi =   78,1 dB
Percobaan 9, intensitas bunyi =   91,8 dB
Percobaan 10, intensitas bunyi =   85,9 dB
Percobaan 11, intensitas bunyi =   81,6 dB
Percobaan 12, intensitas bunyi =   82,0 dB
Percobaan 13, intensitas bunyi =   81,0 dB
Percobaan 14, intensitas bunyi =   86,9 dB
Percobaan 15, intensitas bunyi =   101,6 dB

Setelah kita melakukan percobaan ini diketahui bahwa, ada beberapa hal yang dappat mempengaruhi tinggi dan rendahnya suatu intensitas bunyi, antara lain dari percoban yang telah dilakukan ada 3 hal yaitu cuaca ( kelembapan ), perubahan tekanan serta sumber bunyi yang ada. Kelembapan yang tinggi berpengaruh terhadap tingkat rambat gelombang bunyi pada slm ( sound level meter ). Semakin besar nilai kelembapan maka semakin lama rambat gelombang mencapai detector sound level meter, begitu juga sebaliknya jika suhu panas , maka cepat rambat bunyi diudara merenggang dan mengalami pemuaian sehingga daya rambat udara pada bunyi menjadi kecil. Namun, besar nilai kebisingan tidak hanya ditentukan oleh kelembapan saja, tetap ditentukan pula oleh banyak atau besar sumber bunyi yang mempengaruhi. Sumber bunyi yang berpengaruh pada percobaan dilaboratorium adalah suara handphone sedangkan di kantin faultas sains dan teknologi adalah suara orang disekitar kawasan tersebut. Maka dari itu terdapat perbedaan intensitas bunyinya. Ketika sumber bunyi itu terdengar keras maka intensitas bunyinya akan menaik sedangkan jika sumber bunyi itu terdengar rendah maka intensitas bunyinya akan menurun. Kebisingan yang sebenarnya dipengaruhi oleh arah angin, namun pada percobaan praktikum kali ini kami tidak melakukan prediksi arah angin.  Dapat kita simpulkan bahawa intensitas bunyi pada suatu kawasan bergantung pada keadaan suatu kawasan tersebut dan cuaca saat melakukakan percobaan jika saat melakukan percobaan cuaca hujan maka intensitas suatu kawasan kan bertambah.


VII.          Kesimpulan
Melalui percobaan yang telah kami lakukan dapat disimpulkan bahwa:
1.      Sound level meter dapat digunalan untuk mengukur intensitas bunyi dari suatu sumber. Satuan untuk intensita bunyi ialah waat/m^2 dan Tafar intensitas bunyi ialah dB.
2.      Intesitas bunyi pada suatu kawasan bergantung pada kondisi kawasan sampel. Intensitas bunyi diukur dengan sound level meter juga bergantung pada cuaca di kawasan sampel seperti hujan.


VIII.       DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M. 2006. Diktat kuliah Fisika Dasar II Tahap Persiapan Bersam ITB
                  
Bandung:ITB.
Satriawan, M. 2007. Fisika Dasar . Bandung : ITB.
Zemansky dan Sears.2008. University Physics. United State:Pearson Education
Ramli, M Isran. 2014. Jurnal ilmiah. Hubungan Kebisingan dengan Gangguan 
            
Pendengaran Pekerja Laundry kota Makasar.No.48. Vol. 5. 2014.
Yuliando, D Try. 2012. Jurnal Teknik Lingkungan. Kebisingan. No.47.Vol.6.2012


Tidak ada komentar:

Posting Komentar